Breaking News
recent

Cerpen Remaja "CIUMAN BIBIR (CIBI)"

C I B I
-Sebuah realita-


Do I have any right to blame Nina for what happened with Phil? Tulis Mr. Jack Gimmore dalam diary pribadinya.
Istriku yang kucintai telah bercinta dengan orang lain. Pantaskah aku maafkan jika dia telah jujur mengakuinya dan sangat menyesal, menangis, sampai mengeluarkan air mata yang paling jujur? Atau mungkin lebih baik aku bunuh saja keduanya? Atau malah aku diamkan saja dan mengurung diriku di dalam kamar menyesali diri atas semua kejadian yang sangat menyakitkan itu?
-dipetik dari: Man About Town; @ film; Ben Affleck-
***
"Aku sangat mencintaimu Vi..", sambil mencium penuh gairah bibir basah yang pink itu. "Tapi kamu jangan nakal ya! Jangan pernah lakukan ini dengan orang lain. Cukup denganku saja!!", sambungku disela-sela kesibukanku menikmati hangatnya bibir Vitri dan licin lidahnya yang menari-nari dalam mulutku.
Aku berhenti sejenak dari kegiatanku untuk mengambil nafas. Kutatap dalam-dalam matanya.
"Selama kamu masih menjadi kekasihku, atau paling tidak, selama aku menganggapnya begitu, jangan pernah kamu cibi dengan orang lain ya!! Karena aku bakalan sulit menerima kenyataan seperti itu. Lain cerita kalau kita sudah tak bersama lagi. Terserahlah kamu mau melakukannya dengan siapapun!" Ucapku sangat serius.
Kulihat Vitri hanya diam, tersenyum kecil, dan terpejam, tak mau menatapku.

Memang, cinta itu abstrak, tak bisa dilukiskan, dan tempatnya hanya di hati saja. Tapi, mungkinkah cinta itu akan tumbuh subur di sana dan menjadi nyata dalam setiap gerakan jika kita tahu bahwa orang yang kita cintai melakukan ciuman bibir dengan orang lain?
Memang, ciuman bukanlah apa-apa. Memang, ciuman hanyalah "salam" yang lebih hangat daripada jabat tangan. Memang, ciuman tak akan membuat keperawanan/keperjakannya akan hilang. Dan memang, hanya dengan ciuman tak akan membuat kekasih kita hamil dan menggandung anak seseorang. Tapi, jika itu dilakukannya dengan orang lain, dan kita melihatnya, atau paling tidak kita mengetahuinya, bisakah kita menerimanya kembali sehangat dulu? Mampukah kita tetap mempertahankan hubungan itu dengan dahan-dahan cinta yang tetap berputik, berbuah, dan menjadi ranum?
Sebenarnya, berapa harga sebuah ciuman bibir? Jika itu dilakukan dengan orang lain, bisakah dibarter dengan kata maaf yang sangat tulus, air mata yang paling jujur, dan mengatakan bahwa itu hanyalah sebuah kesalahan dan berjanji tak akan melakukannya lagi?
Cukupkah itu semua membuat hubungan menjadi sehangat dulu? Mampukah kita tetap mencium bibirnya ketika bertemu? Padahal kita tahu bahwa bibir itu pernah dilumat seseorang.

Ketika musim cinta tiba semuanya begitu hangat. Bagi seorang laki-laki, apapun akan dilakukannya demi membahagiakan orang yang disayang. Melewati hujan yang sangat deras untuk membelikan nasi bungkus buat kekasihnya yang tercinta pun dilakukannya--Ini yang pernah dilakukan oleh sahabatku Roni--Padahal aku tahu bahwa dia sendiri belum makan, dan celakanya lagi, itu adalah uang terakhirnya.
Berputar-putar dari mall ke mall, turun naik elevator, demi mencari boneka untuk hadiah ulang tahun orang yang dikasihi--ini yang pernah aku lakukan--padahal ketika ulang tahun adikku, aku hanya mengirimkan ucapan met ultah via sms dan mengajaknya makan nasi uduk kesukaannya.
Rela dipotong gajinya demi membayar kredit motor kekasihnya--ini yang pernah dilakukan oleh temanku Vidi--padahal untuk kebutuhan bulanannya saja tak cukup. Jadilah tiap bulannya dia gali lubang-gali lubang, tak sempat menutup.
Semuanya itu hanyalah pengorbanan yang "tak berasa", atau malah tak bisa disebut sebagai sebuah pengorbanan. Karena memang begitulah seharusnya. Tak jadi masalah! Lelaki suka melakukan hal-hal semacam itu. Tak diminta sekalipun akan tetap dilakukannya untuk menunjukkan berapa besar cintanya.
Tapi, ketika musim selingkuh tiba, akankah itu tetap dilakukan? Bukankah semua itu menjadi sebuah pengorbanan yang sangat tolol? Tidakkah kita akan merasa menjadi orang yang paling bodoh di dunia karena melakukan itu semua? Tidakkah kita akan mengambil kalkulator dan mulai menghitung angka-angka pengorbanan yang pernah kita lakukan?
***
Aku teringat lirik lagu Kangen Band, "Kamu dimana? Sama siapa? Semalam berbuat apa?". Serentetan pertanyaan yang penuh rasa curiga dan hanya akan ditanyakan oleh kekasih yang posesif dan over protected. Tak seorang kekasihpun mau mendengarkannya, apalagi menjawabnya. Tapi kelihatannya harus mulai ditanyakan jika kita mulai merasakan ada yang tak beres.
Sebenarnya, aku sangat membenci grup band Kangen ini, begitu juga dengan lagu-lagunya. Tapi, kenapa ya, akhir-akhir ini aku jadi sering menyanyikan lagu sampah ini?***

Randu Arbitra

Randu Arbitra

No comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.